Nah, ini beberapa kata Minang yang bisa kamu hafal biar nanti liburan ke Sumatra Barat bisa langsung dipraktekkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Onde mande adalah sebuah ungkapan biasa digunakan orang Sumatra Barat untuk menunjukkan ekspresi kaget, baik positif maupun negatif. Jika dipisah, mande berarti ibu, kalau diartikan, onde mande sejajar dengan kata "Ya ampun, Ibu!".

Nah, kalau digunakan dalam kalimat, jadinya seperti ini "Onde mande, baa lah anak ko?" atau yang berarti "Ya ampun Ibu, bagaimana sih anak ini?" atau "Onde mande, lamak bana!" yang berarti "Ya ampun Ibu, enak sekali makanan ini,"

Mungkin kamu sering mendengar istilah ini, kata tambuo ciek memang sering terdengar terutama di rumah makan Padang. Biasanya kata ini ditujukan untuk pembeli yang meminta makanan tambahan, bisa nasi atau pun lauk. Jadi jangan lupa gunakan kata ini saat ingin tambah makanan yaaa, "Tambuah ciek, Uda!"

Ketika bertemu orang, kata-kata ini biasanya selalu digunakan orang Minang. Baa berarti bagaimana dan kaba berarti kabar. Jika digabung kedua kata ini berarti bagaimana kabar? kamu pun bisa menjawab, "Alhamdulillah" atau "Baik Uda/Uni."

Nah, kalau yang ini bisa kamu gunakan saat belanja di pasar. Bara tu ni/da berarti berapa harga barang yang itu uda/uni? Pertanyaan seperti ini pasti akan sering kamu dengar ketika datang ke pasar-pasar yang ada di Sumatra Barat.

Jika memiliki kerabat yang berada di Sumatra Barat, pertanyaan semacam ini akan terlontar ketika kamu baru saja datang. Ini karena bilo tibo dalam Bahasa Minang berarti kapan sampai?

Lamak bana berarti enak sekali atau enak banget. Kata-kata ini pas diucapkan ketika kamu mencicipi makanan dan memiliki rasa yang enak. Lamak bana juga bisa diucapkan ketika ada orang yang bertanya bagaimana rasa makanan yang baru saja kamu cicipi? Tanpa ragu langsung saja menjawab "Lamak bana!"

Sumatra Barat terkenal dengan keindahan alamnya, dan perbukitan hijau yang mengelilingi. Kata yang tepat digunakan untuk mengekspresikan keindahan itu adalah rancak bana. Ranca memiliki arti bagus/indah/cantik, bana berarti banget atau sekali. Jadi kalau digabung berarti bagus sekali. Kata ini juga bisa digunakan untuk memuji gadis yang berwajah cantik, rancak bana!

Mungkin kamu bertanya-tanya, untuk apa kata ini digunakan? Begitu singkat dan padat. A ko berarti apa itu? Sedangkan A ni berarti apa ini? Bisa kamu gunakan untuk menanyakan sesuatu benda atau apa pun.

Kalau A ko berarti apa itu, sia tu berarti siapa itu? Digunakan untuk menanyakan seseorang.

Pai berarti pergi, kama memiliki arti kemana, jadi pai kama berarti pergi kemana. Nah, orang minang biasanya menggunakan kata-kata 'tu' sebagai tambahan, jadi pai kama tu bisa diartikan sebagai pertanyaan pergi kemana tuh dia?

kamu traveling dengan angkutan umum? Berarti harus tahu kata-kata ini, 'siko ciek'. Siko ciek biasa digunakan orang Sumbar untuk memberhentikan angkot yang melaju, yang kurang lebih bisa diartikan, "Stop, turun di sini satu orang".

Kamus Bahasa Padang dan Artinya

1. Sia tu?: siapa itu? 2. Pai kama tu? : pergi kemana tuh dia 3. Siko ciek : stop, turun di sini satu orang 4. Nda ado pitiah ketek : tidak ada uang kecil 5. Aiaa angek ciek : meminta air putih hangat di warung padang 6. Bara sadonyo? : berapa harga semuanya? 7. Siko lah: ke sini lah 8. Bungkuih ciek : bungkus mas/mba 9. Manga tu? : lagi apa? atau ngapain? 10. Pai awak ciek : aku ikut dong 11. Kamari payah : kesulitan dan serba salah 12. Elok-elok yo : hati hati ya 13. Pai baralek : pergi kemana ? 14. Suko-suko ang lah : Suka suka aku lah / terserah 15. Berang paja tu beko : nanti dia marah 16. Awak tarui se mah: Kenapa aku terus sih 17. Pinjam awak tarompa yo: Aku pinjam sandal ya 18. Dima ka dicari lai koh? : cari dimana lagi? 19. Adiak laki-laki ambo santiang matematika: Adik laki-lakiku pintar matematika 20. Ubek sagalo panyakik adolah hati nan sanang: Obat segala penyakit adalah hati yang gembira 21. Kunci sukses tu konsistensi: Kunci sukses adalah konsistensi 22. Ambo takantuak bana dek kurang lalok: Aku ngantuk banget karena kurang tidur 23. Lai bahagia kau?: Apa kamu bahagia? 24. Bisuak datang ka rumah ambo yo: Besok datang ke rumahku ya 25. Jaan pernah kecekkan indak bisa: Jangan pernah bilang tidak bisa 26. Kakanyangan ambo : Aku kekenyangan 27. Sadonyo bisa dipelajari nan pantiang kemauan: Apa pun bisa dipelajari asal ada kemauan

28. Salamaik karajo, untuang sukses: Selamat bekerja, semoga sukses 29. Indonesia kayo tampek wisata rancak: Indonesia kaya lokasi wisata menarik 30. Inyo cinto partamo ambo: Dia adalah cinta pertamaku 31. Ambo nio tatek basamo kau: Aku ingin tetap bersamamu 32. A ko/A ni? : Menanyakan suatu benda apa itu, apa ini? 33. Rancak bana: bersifat memuji seperti bagus, indah dan cantik wajahnya 34. Lamak bana: rasanya sangat enak 35. Bilo tibo? : Kapan sampai? 36. Baa kaba? : Apa/ bagaimana Kabar? 37. Bara tu ni/da? : Berapa harga barang ini/itu? 38. Inyo urangnyo lamak: Dia orangnya asyik 39. Tambuah ciek: Mau tambah makanan 40. Onde mande : ekspresi kaget bersifat positif atau negatif seperti oalllaahh.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Indonesia Bagus Banget adalah sebuah program dokumenter yang ditayangkan di NET. Program ini merupakan sekuel dan nama baru dari Indonesia Bagus yang tayang sejak 1 Juni 2013. Program yang menyuguhkan keindahan alam, keseruan, & kehangatan warga dari berbagai daerah di tanah air. Pemirsa akan dipandu oleh Tiphaine Poulon & Ryan Mac yang akan memberikan informasi, hiburan, serta mengajak keluarga Indonesia merasakan pengalaman perjalanan yang mengesankan.[1][2][3][4][5]

Indonesia memiliki ragam bahasa daerah, salah satunya adalah bahasa Minang atau akrab disebut bahasa Padang. Nih, beberapa kata Minang yang bisa dihafal.

Bahasa Minang merupakan bahasa daerah dari Sumatra Barat. Bahasa Minang cukup sering kita karena orang Minang ada dimana-mana. Sederhana saja, saat kamu beeli nasi Padang di rumah makan.

Nda ado pitiah ketek

Nda berarti tidak, ado berarti ada, pitiah berarti uang, dan ketek berarti kecil. Kalau digabung menjadi 'tidak ada uang kecil'. Traveler bisa menggunakan bahasa ini ketika sedang membayar dalam transaksi jual-beli.

Kamu makan di rumah makan Padang dan ingin meminta air putih hangat satu? Panggil saja sang uda pelayan rumah makan dan bilang "Aie angek ciek,". Kalau ingin air putih hangat dua, tinggal sebut "Aiaa angek duo, Uda" gampang kan?

Ketika berbelanja di pasar dan kamu ingin tahu berapa harga semua barang belanjaan, langsung katakan saja "Bara sadonyo, Uda/Uni?" Penjual pun akan menyebut harga total yang harus dibayar, karena bara sadonyo berarti berapa harga semuanya?

Ketika ingin memanggil orang, dan ia duduk atau berada di sebelah kamu, panggilnya namanya dan katakan "Ke sini lah" atau dalam bahasa Minang "Siko lah."

Kalau aie angek ciek berarti air putih hangat satu, "Makan ampek," digunakan untuk kamu yang ingin memesan nasi kapau/makan berjumlah 4 porsi.

Nah, bungkuih ciek digunakan untuk traveler yang ingin memesan makanan yang dibawa pulang alias bungkus sebanyak satu bungkus.

Ungkapan ini untuk menunjukkan kalau kamu sedang dilema alias tidak banyak pilihan. Misalnya kamu berada dalam kondisi ingin pergi ke suatu tempat, tapi sedang tidak ada uang atau tidak ada transportasi, namun kamu butuh dan harus banget pergi ke tempat itu.

Kamu bisa mengatakan 'kamari payah'.

Oleh Mahasiswa STMIK Amikom Jogjakarta

dengan seorang lelaki asal Padang. Lahir di ranah Minang, tumbuh dalam dialek Padang, besar dalam pendar-pendar primordialisme khas remaja Padang. Praktis, saya cepat akrab dengan budaya Minang, sekalipun belum pernah menginjakkan kaki keluar dari jeruji-jeruji kesentrisan pulau Jawa. Lelaki saya yang berpuak Jambak ini, Alfian, membuat saya cukup fasih bercerita dan berbicara dalam budaya dan bahasanya.

Orang Padang (untuk juga menyebut semua orang di Sumatera Barat) biasanya menyapa dengan kalimat “

? (Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?)

Untuk percakapan dengan teman, yang sering dipakai adalah kata “Awak”. Untuk sebutan yang lebih kasar (biasanya percakapan santai antar para pria), bisa pakai kata “Aden” (kata ini haram untuk diucapkan wanita). Dalam lagu-lagu Minang tentang percintaan yang mendayu-dayu, mereka menyebut diri sendiri dengan kata “Denai”. Kata “Denai” kalau dalam bahasa Jawa mungkin kira-kira sama dengan “

”. Lebih halus. Bisa juga pakai “Ambo”, tapi jarang sekali digunakan.

Perempuan lebih sering menyebut namanya daripada memakai kata “Awak”. Kesannya memang agak kekanak-kanakan. Mereka biasanya menggunakan bagian akhir dari namanya. Sebagai contoh, perempuan Minang bernama Dina akan memakai “Na” yang diambil dari suku terakhir nama panggilannya untuk menyebut diri sendiri. Ia akan bilang: “

.” (Dina sedang sibuk). Lain lagi dengan perempuan bernama Asri yang akan bilang: “

Orang Padang menyebut lawan bicara langsung dengan nama mereka. Jadi mungkin (setahu saya) tidak ada kata “Kamu” dalam bahasa ini. Saya merasakan kesan akrab dalam cara berkomunikasi seperti ini. Karena mau tidak mau mereka harus selalu hafal nama orang kan? Agak sulit bagi saya yang sulit mengingat nama orang. Dalam bahasa Padang yang lebih kasar, mereka mengganti kata “Kamu” dengan “Ang”. Contoh: “

?” (Kenapa kamu kesini?)

4. Sebutan untuk perempuan yang lebih tua atau dihormati = Uni

5. Sebutan untuk pria yang lebih tua atau dihormati = Uda

1. Apa = Apo, disingat A

2. Bagaimana = Bagaimano, disingkat Ba a

3. Berapa = Barapo, disingkat Bara

4. Dimana = Dimano, disingkat Dima

5. Darimana = Dari mano, disingkat Dari ma

6. Mana = Mano, disingkat Ma

7. Siapa = Siapo, disingat Sia

9. Mengapa = Mangapo, disingkat Manga

Jadi kalau mau tanya “Bagaimana caranya?” bisa pakai “

?” Kata tanya yang disingkat lebih sering dipakai, terlebih dalam percakapan sehari-hari.

Rumah gadang artinya rumah yang besar. Atapnya berbentuk tanduk kerbau dan dibuat dari ijuk. Minangkabau berarti kerbau yang menang. Rumah ini untuk perempuan. Pada lelaki yang sudah akil baliq harus tinggal di luar rumah, biasanya di surau.

Sebenarnya belajar bahasa Padang sangat mudah, karena banyak kata yang sama dengan bahasa Melayu versi Indonesia. Hanya saja kata-kata itu mengalami semacam penggubahan sesuai dialek mereka.

Kalau Anda sering melihat film dan ada karakter orang Padang disitu, yang Anda paling ingat mungkin pemakaian huruf O yang kerap muncul. Bahasa Padang mengubah kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran A menjadi berakhiran O.

2. Pengubahan –at menjadi –ek

Sebagian besar kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran –at berubah menjadi berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Bunyikan –ek seperti mengucapkan “mbek” dalam kata “Lembek”.

Bedakan dengan contoh berikut:

5. Merambat = Marambek

6. Keringat = Karingek

Perhatikan bahwa keenam contoh di atas tidak berubah menjadi “Berek”, “Lebek”, “Tepek”, “Penek” atau “Merembek”, melainkan “Barek”, “Labek”, “Dabek”, “Panek” dan “Marambek”. Suku kata pertama yang mengandung huruf E memang biasanya berubah menjadi A.

3. Pengubahan –as menjadi –eh

4. Pengubahan -ir menjadi –ia

4. Pelintir = Palintia

5. Pengubahan –ur menjadi –ua.

6. Pengubahan –ut menjadi –uik

7. Pengubahan –uk menjadi –uak

8. Pengubahan –uh menjadi –uah

9. Pengubahan –us menjadi –uih

10. Pengubahan –ung menjadi –uang

1. Bingung = Binguang

2. Panggung = Pangguang

11. Pengubahan –ih menjadi –iah

12. Pengubahan –ing menjadi –iang.

1. Keling (hitam) = Kaliang

13. Pengubahan –il menjadi –ia

14. Pengubahan –is menjadi –ih

3. Menangis = Manangih

15. Pengubahan -ap menjadi -ok

Tidak mutlak semua kata bisa diubah sesuai rumus diatas. Sejatinya, pengubahan akhiran pada kata-kata tersebut tidak perlu dihafalkan. Logat Padang bisa serta-merta Anda kuasai tanpa menghafal kalau Anda terbiasa berlatih dan berkomunikasi dengan bahasa ini.

Kalimat negatif dalam bahasa Padang memiliki pola yang mirip dengan kalimat negatif dalam bahasa Perancis. Mungkin juga ada bahasa lain di dunia ini yang memiliki pola sama. Sejauh ini, karena kebetulan saya sedang mempelajari bahasa Perancis,

Pola kalimat negatif dalam bahasa Perancis: Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek / Pelengkap.

(Saya seorang mahasiswa)

(Saya bukan mahasiswa)

Pola dalam bahasa Padang: Subjek + indak + Kata Kerja + Objek / Pelengkap + do.

“Pas” dalam bahasa Perancis sama fungsinya dengan “Do” dalam bahasa Padang. Bedanya “Do” selalu diletakkan di akhir kalimat dalam bahasa Padang.

1. Iko lamak (ini enak) => Iko indak lamak do (ini tidak enak)

2. Awak suko bagarah (Aku suka becanda) => Awak ndak suko bagarah do (Aku tidak suka becanda)

3. Ndak ba a do (Tidak apa-apa)

4. Ndak ado lai do (Tidak ada lagi)

Orang Padang, seperti juga orang Melayu lainnya, agak sulit membedakan huruf E. Seperti yang kita ketahui, kita memiliki tiga jenis huruf E. Kalau dalam bahasa Perancis, ada tiga aksen untuk huruf E, yaitu

Dalam bahasa Indonesia, tiga E itu adalah:

1. E seperti mengucapkan “Ekor”

2. E seperti mengucapkan “Emas”

3. E seperti mengucapkan “Elektronik”

Nah, orang Padang sulit membedakan ketiga E ini, sehingga maklumi saja apabila suatu saat Anda mendengar orang Padang yang agak ganjil cara mengucapkan sesuatu yang mengandung huruf E. Seringkali mereka mengucapkan “me” dalam kata “Nasionalisme” seperti mengucap E pada kata “Ekor” atau mungkin “Elektronik”, padahal seharusnya ia harus diucapkan seperti melafalkan kata “Emas”. Et cetera.

Sebaiknya Anda harus tau daftar kata-kata kotor, bukan cuma dalam bahasa Padang tapi juga dalam bahasa lainnya.

Teman saya pernah mengeluhkan kata ini. Ada orang Padang di samping kamar kostnya yang sering meneriakkan kata “Pantek” terhadap istrinya dengan tingkat desibel yang cukup tinggi untuk mengganggu waktu bersantainya.

Apa sih arti “Pantek”? Saya sering berdebat mengenai hal ini dengan Alfian. Kalau ditanya, dia pasti akan menjawab itu tidak ada artinya dan memang lazim dipakai untuk meneriakkan kemarahan atau kekecewaan. Ada juga yang bilang “Pantek” adalah alat kelamin perempuan yang dipakai untuk berkata kotor.

Menurut saya, sesuai rumus yang saya jabarkan di atas, “Pantek” dalam bahasa Indonesia adalah “Pantat”. Entah pantatnya perempuan atau laki-laki, sama saja (saya pikir, pantat bukan monopoli perempuan saja). Dalam rumus saya, kata yang berakhiran –at akan berubah berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Pendeknya, “Pantat” mau tak mau harus bermanuver menjadi “Pantek”. Itu saja. Tidak ada yang mampu mengubah pendirian saya.

Ada yang bilang “Pantek” itu kasusnya sama seperti kata “Asu” dalam bahasa Jawa. “Asu” adalah anjing dalam bahasa Jawa. Orang Jawa berteriak “Asu” untuk mengekspresikan kemarahan, bukan karena ingin memanggil anjing.

Ya sama saja toh, dia menyamakan hal yang membuatnya marah itu dengan anjing (yang memang ditakdirkan untuk menjadi objek penderita). Orang Padang pun menyamakan hal yang membuatnya marah dengan pantat (yang ditakdirkan menjadi bagian tubuh pertama yang merasakan imbas ekskresi manusia). Secara filosofis, tidak ada masalah dengan itu.

“Kanciang” tidak mengacu pada kata “Kancing”, karena orang Padang lebih suka memakai kata “buah baju” untuk menyebut kancing baju. “Kanciang”, exactly berarti “Kencing”.

“Kantuik” berarti “Kentut”. Hmm,

5. Nama-nama hewan yang lazim didzikirkan ketika sedang kesal.

Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia yang bisa diubah sesuai yang saya rumuskan untuk menjadi kata dalam bahasa Padang. Ada kata lain yang memang harus dihafalkan kalau Anda memang ingin mempelajarinya.

2. Perempuan = Padusi

10. Dan masih sangat sangat banyak lainnya..

Orang Padang juga punya cara Padang sendiri yang terbawa saat ia berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak ganjil kalau Anda belum terbiasa. Contohnya, mereka sering menyebut kata “Bensin” dengan “Minyak”. Yang jelas prinsipnya sama saja ketika Anda ingin mempelajari sesuatu yang baru.

Sumber gambar www.udaunisumbar.com

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tribun Padang atau TribunPadang.com adalah media siber yang berbasis di Sumatera Barat (Sumbar).[1] Media ini merupakan bagian dari jaringan Tribun Network,[2] grup Kompas Gramedia.[3] Situs Situs web Tribun Padang beralamat di padang.tribunnews.com dan www.tribunpadang.com, dengan pranala kedua akan diarahkan otomatis ke pranala pertama. Tribun Padang beralamat di Kompleks Polamas Residence, Jalan Ketilang Nomor A7, Kelurahan Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang.[4]

Rubrik media ini di antaranya news (berita), ekonomi, superskor dan sport (olahraga), travel, seleb, lifestyle, otomotif, techno, dan kesehatan.

Setelah aktif 2019 lalu, pada 10 Agustus 2022 TribunPadang.com melakukan peluncuran ulang di Hotel Santika Premiere Padang dengan menggelar acara Talk Show. Acara itu mengundang Wali Kota se-Sumbar sebagai narasumber. Temanya adalah "Peran Pemerintah Kota dalam Membangun UKM Berorientasi Ekspor".[5][6][7]

Kamus Bahasa Padang Indonesia

JAKARTA, celebrities.id - Belajar bahasa Padang ternyata sangat menyenangkan. Logat Bahasa Padang dan cara pengejaan bahasanya pasti sudah sering kamu dengar sehari-hari, seperti ketika membeli nasi Padang di rumah makan Padang.

Agar bisa mempelajarinya, celebrities.id telah telah merangkum daftar kamus Bahasa Padang lengkap dengan artinya.

Berikut ini 40 kamus bahasa Padang lengkap dengan artinya yang dirangkum dari berbagai sumber, Senin (18/4/2022).

Lai bisa kurang? Bara pasnyo? Kuranglah saketek

Belanja tanpa menawar tentu kurang asyik, terutama jika belanja di pasar tradisional. Biasanya, penawaran bisa berhasil kalau pembeli menggunakan bahasa Minang. Untuk itu, tidak ada salahnya mencoba kata-kata "Lai bisa kurang?" (Bisa kurang tidak?) dan "Bara pasnyo?" (Berapa harga pasnya?), "Kuranglah saketek" (kurangilah sedikit).

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Stasiun Padang Panjang (PP) adalah stasiun kereta api nonaktif kelas II yang terletak di Jalan Sutan Syahrir, Silaing Atas, Padang Panjang Barat, Padang Panjang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +773 m ini termasuk dalam Divisi Regional II Sumatera Barat. Stasiun ini merupakan Stasiun Terminus dari Arah Kota Sawahlunto saat reaktivasi jalur kereta api 2009 lalu.

Stasiun Padang Panjang dulunya merupakan percabangan menuju 3 kota, yaitu menuju Bukittinggi dan Payakumbuh dijalur Jalur Kereta api Padang Panjang–Bukittinggi–Payakumbuh, menuju Padang lewat lembah Anai, dan menuju Sawahlunto lewat Solok. Namun jalur menuju Bukittinggi dan Payakumbuh dinonaktifkan lebih awal, yaitu 1973 dan 1986. Setelah direaktivasi, jalur Padang panjang–Sawahlunto aktif kembali, tetapi tidak bisa sampai ke Padang karena masih belum diperbaiki, kemudian pada tahun 2014 kembali nonaktif. Pada tahun[per kapan?], stasiun ini rencananya diaktifkan kembali dengan proyek trans sumatra, batu ballast sudah di tebar, dan rel diganti, namun mangkrak kembali hingga kini.

Stasiun Padang Panjang mempunyai subdepo lokomotif, yang digunakan menyimpan lokomotif BB204. Selain itu, stasiun ini dahulu menjadi pemberhentian kereta api batu bara dari pertambangan batu bara Ombilin di Sawahlunto yang hendak menuju Pelabuhan Teluk Bayur, yang sudah tidak aktif sejak awal tahun 2003 karena habisnya batu bara. Bekas gerbong-gerbong pengangkut batu bara masih disimpan dan dirawat dengan baik di stasiun ini.[3][4]

Kereta api terakhir yang berhenti di stasiun ini adalah kereta api wisata Danau Singkarak, yang sudah nonaktif secara reguler sejak 2014.[5]