Your host needs to use PHP version 8.1.0 or newer to run this version of Joomla!
Perhatikan cerita fabel berikut!
Burung Hantu dan Belalang
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Ia akan bangun setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit. Dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru, “Hoo hoo hoo” bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu serangga.
Ia adalah seekor Burung Hantu Tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore di musim panas yang hangat, saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua. Belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung Hantu Tua itu menengok dari lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, Tuan,” katanya kepada Belalang tersebut. “Apakah Anda tidak memiliki sopan santun?” lanjutnya. “Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!” lanjut Sang Burung Hantu Tua itu.
Akan tetapi, Belalang menjawab dengan kasar bahwa ia juga berhak berada di tempat ini. Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu yang lebih berisik. Burung Hantu yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang. Akhirnya, dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepada Belalang.
“Tuang Belalang yang baik hati, jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Namun, saat ini saya memiliki anggur lezat disini, kiriman dari Olympus. Silakan datang dan rasakan minuman lezat ini bersama saya.” sanjung Burung Hantu Tua. Belalang terhanyut oleh kata-kata sanjungan Burung Hantu Tua. Akhirnya, dia melompat ke sarang Burung Hantu Tua. Ketika Belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, Burung Hantu Tua itu menerkam dan memakannya.
Bukti watak tokoh Belalang terdapat pada kalimat …
Belanja di App banyak untungnya:
Belanja di App banyak untungnya:
Hantu, memedi[1], dedemit[2], atau lelembut[3] adalah roh dari orang atau hewan yang telah mati yang menampakkan wujudnya dalam kehidupan kini. Definisi dari hantu pada umumnya berbeda untuk setiap agama, peradaban, maupun adat istiadat. Dalam banyak kebudayaan, hantu tidak didefinisikan sebagai zat yang baik maupun jahat. Sebutan setan, iblis, genderuwo, dan sebagainya, lebih umum digunakan untuk merujuk kepada hantu yang jahat. Sedangkan hantu yang baik yang dianggap mempunyai kemampuan untuk menolong manusia, disebut dengan bermacam nama yang berbeda, seperti sebutan untuk Datuk, Te Cu Kong (penguasa tanah, dalam agama Kong Hu Cu), dan lainnya.
Kepercayaan akan keberadaan dunia akhir dan roh-roh orang mati sudah ada semenjak manusia menganut kepercayaan animisme atau pemujaan roh nenek moyang pada masa sebelum manusia mengenal tulisan. Berbagai ritual keagamaan, penguburan, pengusiran roh jahat dan ritual spiritual lainnya dirancang khusus untuk menenangkan roh orang mati. Hantu sendiri umumnya dideskripsikan sebagai suatu zat yang seperti manusia, walaupun terdapat pula kisah mengenai hantu hewan.[4][5] Mereka diyakini menghuni tempat, objek atau orang tertentu yang terkait dengan mereka pada saat mereka masih hidup.
Berdasarkan konsensus ilmu pengetahuan, hantu itu bukan konsep yang sah secara ilmiah.[6] Keberadaan mereka tidak dapat difalsifikasi[6] dan kegiatan berburu hantu telah digolongkan sebagai ilmu semu atau pseudosains.[7][8][9] Walaupun sudah diselidiki selama berabad-abad, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa suatu tempat dihuni oleh roh orang mati.[7][10]
Dalam Islam, hantu dikelompokkan sebagai setan dari golongan jin yang kerap mengganggu manusia. Jin dikenali sebagai mahkluk halus yang tinggal di dalam alam lain. Bagaimanapun, kumpulan jin ini bisa memasuki alam manusia. Ada sebagian jin yang membuat hubungan dengan manusia dan patuh terhadap manusia, dengan tujuan menyesatkan manusia seperti merusakkan akidah. Persahabatan ini dikenali sebagai saka.
Dalam Alkitab, mengacu pada kitab Yesaya dan Wahyu, hantu bisa dirunut asal-usulnya sebagai malaikat berdosa pengikut Lucifer yang jatuh ke bumi. Berdasar kitab Wahyu jumlah mereka disimbolkan sepertiga jumlah bintang.
Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis hantu/makhluk spiritual. Berikut adalah jenis-jenis hantu yang dikenal di Indonesia:
Beberapa urban legend juga mengenal berbagai macam bentuk hantu yang biasanya terkait dengan riwayat sebab-akibat kematian orang yang menjadi hantu. Meskipun bukan merupakan hantu, beberapa bentuk makhluk supranatural dikenal pula dalam mitos masyarakat, yang dianggap sebagai cara seseorang dalam menempuh ilmu tertentu atau mencari kemuliaan:
Masyarakat Jawa mengelompokkan Mahluk Supranatural (hantu) dalam 9 kelompok besar yang kemudian masih dibagi lagi menjadi beberapa jenis hantu-hantu lainnya di dalam kelompok tersebut, ke sembilan kelompok besar hantu tersebut dipergunakan dan disebutkan dalam suluk pewayangan seperti ini: "Jin, Setan, Peri, Perayangan, Ilu-ilu, Banaspati, Genderuwo, Memedhi, Tetek-an". Hal ini digunakan untuk menggambarkan dengan lengkap seluruh mahluk halus dengan singkat, tanpa menyebut satu persatu jenis mahluk halus yang jumlahnya ratusan, sebagaimana yang dikenali di dalam masyarakat Jawa dan Budaya Jawa yang dikenal sangat kental dengan hal-hal supranatural.
di kamus bebas Wiktionary.
TRIBUNJATENG.COM - Inilah dongeng yang cocok dibacakan untuk anak sebelum tidur cerita fabel anak tentang burung hantu dan belalang.
Diceritakan, ada sebuah pohon tua yang di dalamnya hidup burung hantu yang galak dan pemarah.
Burung tersebut sangat tidak suka jika ada yang menganggu tidurnya di siang hari.
Dan saat malam hari, mereka bangun dengan suaranya sambil mencari serangga, katak, tikus, dan kumbang untuk menjadi santapannya.
Di sore hari pada musim panas, burung hantu sedang tertidur di lubang pohon.
Namun, tiba-tiba ada belalang yang sedang bernyanyi.
Burung tersebut pun merasa sangat terganggu dan memintanya untuk segera pergi.
“Hei, pergi dari sini kau, belalang! Apa kamu tak punya sopan santun menganggu tidur orang yang sudah tua?” Ucap burung hantu.
Belalang tersebut pun menjawab dengan nada tinggi dan perkataan yang kasar, bahwa ia juga memiliki hak atas pohon tersebut.
Bahkan, bukannya berhenti, ia justru melanjutkan nyanyiannya dengan suara yang lebih keras.
Burung hantu itu menyadari, bahwa berdebat tidak ada gunannya.
Sementara siang hari matanya masih rabun, sehingga ia tidak bisa memberikan hukuman.
Akhirnya, burung tersebut berpikir dan mencari cara untuk menghukum belalang tersebut.
Ia pun menengookkan kepalanya ke lubang pohon dan berkata dengan ramah.
“Hai belalang, jika aku terus bangun aku pasti mendengar kamu bernyanyi.
Tahu tidak, ada buah anggur di sini. Kalau kamu mau, ke sinilah.
Dengan memakan anggur ini, suaramu akan seperti Apollo karena ini kiriman dari Olympus”. Belalang itu pun terhanyut dengan rayuan burung hantu itu.
Ia lantas melompat ke sarang tersebut dan karena burung hantu sudah langsung bisa melihat belalang dengan matanya, maka belalang langsung diterkam dan dimakan oleh burung hantu. (*)